Fashion Bisa Jadi Mesin Waktu

Fashion Bisa Jadi Mesin Waktu

fashionentertainment.web.id Fashion bisa menjadi sesuatu yang bisa digunakan dari satu milenial dan bisa dipakai dari milenial yang baru lagi. Pada kesempatan kali ini kami akan memberikan beberapa artikel yang berkaitan tentang pembahasan mengenai Fashion Bisa Jadi Mesin Waktu. Berikut ini akan kami berikan beberapa ulasan dan pembahasan yang berkaitan mengenai Fashion Bisa Jadi Mesin Waktu

Pernah nggak kamu penasaran sama apa jadinya penampilanmu seandainya kamu lahir berpuluh-puluh tahun yang lalu? Nah, gadis SMA di Amerika bernama Annalisa Hartlaub ini mendandani dirinya sendiri dengan gaya yang fashionable di masa lalu: dari tahun 1920-an, 30-an, 40-an, dan seterusnya.Annalisa mengambil dua gambar dirinya untuk setiap dekade: yang satu penampilan mainstream dan yang lain anti-mainstream. Cocok untuk inspirasi gaya tampilan barumu, ‘kan?

1920an: mainstream vs. Flapper
Dengan Perang Dunia I yang menghancurkan Eropa, penampilan masyarakat yang tadinya ribet dan mewah berubah jadi sederhana — didominasi renda dan katun putih pastel. Namun, sebagian kecil wanita memilih memberontak dengan mengadopsi gaya Flapper — dengan rambut pendek, rok selutut, baju tanpa lengan, dan kalung-kalung mutiara palsu.

1930an: Kelas menengah atas vs. bawah
Banyak orang Amerika yang kehilangan pekerjaannya gara-gara Great Depression di dekade ini. Foto di kanan mewakili mereka yang lebih terpukul oleh krisis ekonomi itu.

1940an: mainstream vs. Hepcat
Di dekade ini, perkembangan pesat musik jazz akhirnya menciptakan gaya hepcat.

1950an: mainstream vs. Beatnik
Kala budaya mainstream mengagung-agungkan mereka yang sopan dan mapan, anak-anak Beat Generation memberontak dengan gaya hidup yang urakan dan penuh petualangan.

1960an: mainstream vs. Hippie
Pecahnya Perang Vietnam melahirkan kelompok anti-perang yang disebut Hippie. Secara style, para Hippie lebih suka memakai baju longgar dan sederhana daripada dress cantik dan rambut bouffant kaku yang populer di masa itu.

1970an: mainstream vs. Yippie
Di tahun 1970-an, budaya mainstream telah bercampur dengan budaya Hippie. Namun di saat bersamaan, lahir pula Gerakan Yippie, yang – kasarnya – adalah versi anarkis dari Hippie.

Baca Juga : Peraturan Fashion Lebih Sopan Dan Menari

1980an: mainstream vs. Punk
Tahun 1980-an adalah masa-masanya rambut panjang yang megar bergelombang, makeup mencolok, dan dandanan super girly. Di saat yang sama merebak pula gaya alternatif yang disebut punk, dengan rambut yang dicat, kaos band, jaket kulit, dan peniti besar-besar sebagai aksesoris. Kaum punk ini menolak gaya mainstream yang mahal dan materialistis.

1990an: mainstream vs. Grunge
Di tahun 1990-an orang-orang mulai ‘melunakkan’ penampilan mereka, dan gaya casual chic mulai populer. Tapi, tumbuh juga gaya alternatif yang disebut grunge, dengan hem flanel dan rambut lepek yang secara tak disengaja dipopulerkan Kurt Cobain dari grup musik Nirvana.

2000an: mainstream vs. Boho-Chic
Yang jadi mainstream di awal tahun 2000-an adalah gaya yang benar-benar santai. Alternatifnya — karena kurang tepat memanggil gaya ini ‘counterculture’ — adalah boho-chic, yang dipopulerkan seleb Hollywood seperti Sienna Miller, Mischa Barton, dan si kembar Mary-Kate/Ashley Olsen.

2010an: mainstream vs. Hipster
Dewasa ini, kamu nggak perlu ribet kalau mau stylish — justru semakin ribet gayamu semakin ‘kampungan’ kamu akan kelihatan. Selain gaya effortlessly stylish ini, gaya hipster juga sekarang makin jamak. Ciri-cirinya? Pakai kacamata padahal matanya normal, pakai baju kucel yang harganya mahal banget, dan punya selera musik/film/makanan yang sama sekali asing bagi orang yang bukan hipster.